Entri Populer

Selasa, 08 Januari 2013

Efek Tayangan Televisi Terhadap Anak-Anak


Bab I. Pendahuluan

A.     Latar Belakang

Media massa memiliki peran yang penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi media adalah memberikan informasi, menghibur, serta mendidik. Media tradisional adalah radio, media cetak (koran, majalah, buku) dan televise. Pada makalah ini, kita akan membahas mengenai televise. Televise adalah media audio visual, dimana gabungan dari fungsi radio yaitu audio (mendengar) dan fungsi koran, majalah, buku yaitu visual (membaca,melihat). Televisi sebagai salah satu media massa yang memberikan banyak pengaruh bagi khalayak. Seperti teori “agenda setting”, dimana media memang tak menentukan apa yang ada di benak khalayak, tapi media menentukan isu-isu apa saja yang dianggap penting di benak khalayak.[1]
Televisi adalah salah satu media massa audio visual yang berfungsi menghibur, menginformasi dan mendidik khalayak atau penonton. Penonton dianggap pasif karena hanya menerima konten yang disajikan di televisi. Termasuk anak-anak, mereka hanya menonton, menyerap dan memprakterkan hal yang ada di televise. Televise sebagai guru nomor tiga setelah orangtua dan guru. Banyak hal yang ditampilkan di televise. Televise seperti jendela, kita hanya perlu meluangkan waktu untuk duduk santai sambil menikmati makanan ringan dan minum. Dengan duduk di depan televise kita bisa menjelajah ke luar negeri hal yang tak bisa kita lakukan mengingat finansial yang mahal. Kita tidak dipungut biaya pada saat menonoton televise lokal, kecuali televise berbayar.
Televisi adalah salah satu media massa audio visual yang berfungsi menghibur, menginformasi dan mendidik khalayak atau penonton. Penonton dianggap pasif karena hanya menerima konten yang disajikan di televisi. Termasuk anak-anak, mereka hanya menonton, menyerap dan memprakterkan hal yang ada di televisi. Televise sebagai guru nomor tiga setelah orangtua dan guru. Banyak hal yang ditampilkan di televisi. Televisi seperti jendela, kita hanya perlu meluangkan waktu untuk duduk santai sambil menikmati makanan ringan dan minum. Dengan duduk di depan televisi kita bisa menjelajah ke luar negeri hal yang tak bisa kita lakukan mengingat finansial yang mahal. Kita tidak dipungut biaya pada saat menonoton televisi lokal, kecuali televise berbayar. Iklan di televise membuat anak-anak menjadi konsumtif dengan cara membujuk orangtua mereka. Acara kekerasan di tayangan televise sangat berdampak terhadap anak-anak mengingat pertumbuhan mereka masih rentan dan mereka belajar dari lingkungan sekitar. Apa yang mereka lihat dan dengar baik atau buruk akan menjadi acuan untuk tindakan mereka

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa manfaat dari televisi?
2.      Apa efek dari televisi?
3.      Bagaimana efek tayangan televisi sebagai pendidikan terhadap anak?
4.      Bagaimana efek interaksi sikap pasif anak terhadap tayangan televisi?
5.      Bagaimana anak menjadi konsumen televisi?

C.     Tujuan

Tujuan makalah ini adalah mengetahui manfaat dan efek televis, efek tayangan televisi sebagai pendidikan dan pengajaran terhadap anak-anak, efek interaksi pasif anak terhadap tayangan televisi dan anak menjadi konsumen televisi.



Bab II.  Efek Tayangan Televisi Terhadap Anak-Anak

A.     Manfaat dan Dampak Televisi

Televisi adalah salah satu media massa yang bersifat audio visual. Manfaat televisi bagi anak adalah
1.      Membantu memahami dunia sekitar. Anak-anak akan tertolong dalam memenuhi keingintahuan mereka tentang segala sesuatu yang ada di sekitar kehidupan mereka.
2.      Membantu proses belajar baca tulis dan melek visual. Televise menyajikan beragam program acara dan iklan visual yang dapat mempermudah anak untuk mengenal dan menguasai huruf.
3.      Memperluas wawasan/membukaan cakrawala. Televise menyajikan beragam kompleks dimana orangtua diminta untuk memantau dan membantu mereka menjelaskan hal tersebut.
4.      Memperkaya pengalaman hidup. Anak-anak bisa mengetahui kehidupan senang dan penderitaan orang lain.
5.      Menunjang pelajaran sekolah terutama dalam pengetahuan umum. Perlunya bimbingan orangtua untuk memilih informasi yang baik dan bagus untuk anak-anak mereka.
6.      Memberikan sambungan dengan dunia global. [2]
Dampak televisi yaitu :
1.      Kurang dapat membedakan khalayan dengan kenyataan. Dengan kemampuan berpikir yang masih amat sederhana, dapat memaklumi jika anak-anak cenderung menanggap apa saja yang tampil di layar televise adalah sesuatu hal yang nyata.
2.      Konsumtif.
3.      Peniruan perbuatan kekerasan. Acara yang menampilkan kekerasan seperti smack down, kartun naruto, sinchan akan berdampak kepada anak-anak.

B.     Kekerasan di Televisi

Televisi membantu anak muda masuk ke mainstream masyarakat dengan menunjukkan perilaku dan norma di dalam masyarakat. Pembelajaran observasional adalah ketika anak-anak mempelajari perilaku yang menyimpang dari media tersebut. di California, dua remaja berumur 13 tahun, menunggu kedatangan seoran ayah dari kawan mereka di rumahnya sendiri lalu menyerangnya. Mereka memukulinya dengan kayu bakar, menendangnya dan menikamnya, lalu mencekiknya sampai tewas dengan rantai anjing. Mereka kemudian menuangkan garam ke lukanya. Di pengadilan mereka menyatakan bahwa “media telah membuat saya melakukannya”. Teori pembelajaran observasional adalah orang mempelajari perilaku dengan melihatnya dalam kehidupan nyata dalam penggambaran.[3]
Sebagian besar tayangan televisi adalah sinetron dimana terkandung begitu banyak adegan-adegan kekerasan baik fisik maupun mental, bahkan pada sebuah penelitian dikatakan selama masa sekolah, anak-anak menyaksikan 87.000 tindakan kekerasan dalam televisi. Dengan demikian terutama bagi anak-anak yang pada umumnya selalu meniru apa yang mereka lihat, tidak menutup kemungkinan perilaku dan sikap anak tersebut akan mengikuti acara televisi yang ia tonton. Seperti kasus bunuh diri seorang fans Limbad, Heri Setiawan (12) karena melihat tayangan Master Limbad. Ia Ditemukan Tergantung di ranjang tingkat. Limbad dituduh menjadi penyebab kematian penggemarnya itu.  Namun menurutnya, dalam hal ini yang patut disalahkan adalah orang tua. Karena anak terlalu diberi kebebasan dalam memilih tayangan televisi.[4]
Teori kultivasi adalah memusatkan perhatian pada pengaruh media komunikasi khususnya televisi. Apa yang di televisi seolah-olah terlihat nyata. Pada acara televisi, pembantu rumah tangga digambarkan sebagai wanita yang hidup menderita, suka duruh-suruh, lemot. Pejabat pemerintah adalah orang yang munafik dan terkait korupsi. Anak-anak menganggap acara smack down, naruto dengan adegan kekerasan pukul-pukulan, dan sinchan dengan adegan anak yang genit, agresif dan ada unsur seks. Hal ini tentunya mempengaruhi persepsi seseorang terhadap kehidupan.[5]
Teori Peniruan atau imitasi juga sangat berpengaruh karena tayangan kriminal, kekerasan di televisi akan membuat anak-anak mengikuti hal tersebut. perlunya bimbingan orangtua untuk menemani mereka pada setiap mereka berhubungan dengan media termasuk televisi.

C.     Televisi Pendidikan dan Pengajaran

Menurut Bitter, televisi dikenal dengan istilah Televisi Pendidikan (Educational Television) atau ETV dan istila Televisi Pengajaran (Instructional Television) ITV. ETV adalah siaran nonkomersial yang melengkapi acara hiburan di televise, seperti TVRI. Televisi memiliki peran penting dan berfungsi sebagai pengajar, artinya untuk menunjang pengajaran televisi. H:168.TVRI biasanya suka menampilkan acara pelajaran bahasa Inggris, matematika, fisika, kimia. Semua hal yang menyangkut Ujian Akhir Nasional (UAN) dibahas di TVRI serta mengajak siswa prestasi juga untuk ikut andil menjawab soal pada acara pelajaran tersebut.
Sifat televisi adalah bisa didengar dan dilhat , disamping itu juga langsung, intim, dan nyata. Menurut R. Benschofter, pelajar yang bisa diingat melalui media audio visual, setelah tiga hari, bisa 65%, sedangkan  melalui media dengar hanya 10% dan media pandang/visual hanya 20%. Televise menciptakan komunikasi antarpersonal yang mempengaruhi kognitif, afektif dan konasi dari anak-anak (penonton). Wilbur Schramm dan G.C telah banyak meneliti kefektivan televisi bahwa setelah menelaah 421 perbandingan antara pengajaran lewat televise dan pengajaran di sekolah formal, dengan menggunakan berbagai materi pelajaran, terbukti siswi-siswa di semua tingkatan sama-sama dapat belajar dengan baik lewat ekdua metode tersebut. Schramm juga menandaskan tidak diragukan lagi bahwa televise dapat mengajar dan memberi penerangan. [6]

D.    Berinteraksi dengan TV dalam Sikap Pasif

Anak-anak menjadi penonton segala acara di televisi. Menurut Jean Piaget seorang psikolog Prancis, anak-anak muali usia 7-8 tahun akan mulai kritis terhadap lingkungannya. Pada masa ini anak-anak mulai mempertanayakan tentang lingkungan sekitar dan diri mereka sendiri maka hal ini yang membuat kritis anak terhadap acara televisi. Memang ada regulasi pada acara yang bertuliskan BO (Bimbingan Orangtua). Dalam menonton televise, perlu adanya bimbingan orangtua pada setiap acara termasuk acara kartun.
Era globalisasi ini membuat anak mau tidak mau terperangkap dalam banjir informasi dan hiburan. Pola berinteraksi antara anak dan orangtua ketika menonton televise akan menumbuhkan daya kritis anak ketiak mereka mempertanyakan mengenai sesuatu hal yang ada di balik bingkai televisi. Dengan menonton TV bersama orangtua, orangtua mengetahui persepsi dan penilaian anak terhadap adegan yang ditayangkan TV pemahaman anak yang salah bisa di luruskan oleh orangtua. Kesadaran kritis anak dalam menonton TV perlu ditumbuhkan mengingat umur mereka yang rentan terhadap pengaruh dan mudah melakukan peniruan.[7]

E.     Anak Konsumen Televisi

Dunia industri media berkaitan dengan ekonomi politik. Penonton khususnya anak-anak adalah konsumen bagi dunia bisnis industri. Televisi menampilkan iklan yang mendominasi produk anak-anak seperti mainan, makanan (coklat,permen), sandang pangan, obat-obatan sampai kosmetik. Kurangnya memaknai makna perilaku konsumtif membuat anak ingin memiliki apapun, terutama yang diiklankan di televisi. Anak menganggap bahwa manusia harus memiliki barang yang diiklankan.
Peran orangtua sangat penting untuk mengatur hawa nafsu anak-anak mereka dengan memberitahu manfaat atau tidak dari barang yang diiklankan. Namun, anak-anak akan mengeluarkan seluruh upayanya agar dapat restu dari orangtua untuk dibelikan barang tersebut. mereka mulai menangis, merengek, dan berguling-gulingan. Anak-anak meneror orangtua mereka dengan linangan air mata, mata memelas.anak-anak memang belum mampu mengambil keputusan, namun tanpa disadari anak-anak diminta merayu dengan gaya lemah mereka untuk mempengaruhi orangtua agar terbujuk dan akhirnya membeli barang tersebut.[8]
Mosco menyatakan bahwa komodifikasi ada tiga yaitu Komodifikasi isi, komodifikasi khalayak dan komodifikasi pekerja. Salah satu yang akan dibahas adalah komodifikasi khalayak. Komodifikasi ini menjelaskan bagaimana sebenarnya khalayak tidak secara bebas hanya sebagai penikmat dan konsumen dari budaya yang didistribusikan emdia. Tapi juga sebagai komoditi untuk bisa dijual. Hal ini tentunya terkait dengan perusahaan media, pengiklan dan khalayak itu sendiri. Jika acara televise rating tertinggi artinya acara tersebut diminati dan banyak ditonton khalaya begitu juga dengan share dari khalayak.[9] Komodifikasi khalayak ini merupakan proses media menghasilkan khalayak untuk kemudian menyerahkannya kepada pengiklan.[10]




[1]Ade Armadno dkk. 2011. Media dan Integrasi Sosial. Jakarta:Center for The Study of Religion and Culture (CSRC).H.3
[2] Ibid.h :205.
[3]Little John. The Media of Mass Communication.  2008.(dialihbahasakan oleh Tri Wibowo B.S dengan judul Teori Komunikasi Massa). Edisi Kedelapan. Jakarta: Kencana. H:485.
[6]Deddy Mulyana&Idi Subandy Ibrahim. 1997. Bercinta dengan Televisi : Merindukan Televisi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. H:167-173.
[7] Ibid. h:176-178.
[8] Ibid. h:185-188.
[9] Rulli Nasrullah. 2012. Komunikasi Antarbudata Di Era Budaya Siber.  Jakarta: Kencana. H;169.
[10] Ika Lestari. 2009. Pemaknaan Komodifikasi Anak-Anak Di Televisi. Thesis : Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi. Volume VIII/No.2. h: 265. 

Komunikasi Interpersonal



Bab I. Pendahuluan
            Psikologi adalah ilmu kejiwaan. Sedangkan komunikasi adalah pesan yang disampaikan komuniaktor kepada komunikan dengan menggunakan media dan menghasilkan efek. Ada beberapa macam komunikasi seperti komunikasi intrapribadi, antarpribadi, kelompok dan massa. Pembahasan makalah ini adalah mengenai komunikasi intrapersonal. Menurut Blake dan Harodlsen, komunikasi intrapribadi adalah peristiwa komunikasi yang terjadi dalam diri pribadi seseorang.[1]Bagaimana setiap orang mengomunikasikan dirinya atau ebrbicara pada diri sendiri.
            Dalam sistem komunikasi intrapersonal ada proses mulai dari individu menerima pesan, menyimpan, mengolah dan menyampaikan kembali pesan yang disampaikan komunikator dengan kata-kata sendiri. Komuniaksi intrapersonal memiliki tiga tahap yaitu sensasi, persepsi dan memori. \
            Komunikasi intrapersonal mengajak kita untuk intorpeksi menjadi pribadi yang bisa mengomunikasikan pesan secara efektif dang sesuai fungsinya yaitu menginformasikan, mendidik, menghibur dan mengubah sikap. Disamping itu, komunikasi ini memberikan penjelasan tentang cara diri kita berpikir.

Bab II. Sistem Komunikasi Intra personal
A.    Pengertian Sistem Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi adalah proses menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan dimana ada timbal balik dari komunikan kepada komunikator dan menghasilkan efek yang dapat mengubah sikap dan perilaku komunikan. Komunikasi Intrapersonal adalah komunikasi dengan diri sendiri baik berupa imajinasi, perasaan dan berbicara sendiri atau dalam hati.
Sistem Komunikasi Intrapersonal merupakan susunan atau elemen-elemen yang ada dalam proses komunikasi intrapersonal. Komunikasi intrapersonal bertujuan bagaimana orang menerima, menyimpan, mengolah informasi dan menghasilkannya kembali. Hal ini melalui tahap sensasi, persepsi, memori dan berpikir.[2]
Ketika kusni kasdut dihukum mati, di Jakarta muncul kelompok orang berkaus dengan tulisan Hapus Hukuman Mati. Mereka menyebut hukuman mati sebagai tindakan balas dendam, yang meruntuhkan nilai-nilai kemanusiaan, merampas hak paling dasar, dan meniadakan kemungkinan betaubat. Proses persuasi sudah dimulai. Berbagai reaksi timbul. Seorang pengacara mendukung gerakan ini dengan alasan: hukuman mati adalah pembunuhan yang dilegalisasi dan menurut falsafah hukum modern, pemindanaan tidak untuk membelas dendam, tapi untuk mendidik dan memperbaiki manusia yang rusak. Seorang tokoh islam menentangnya. hukuman mati, katanya dibenarkan oleh islam bagi kejahatan mencabut nyawa sesamanya ---- bila keluarga korban tidak memaafkannya. Ancaman hukuman yang keras tak lain demi terpeliharanya ketertiban masyarakat. Seorang rohaniwan lain lagi komentarnya, “Gereja Katolik menentang hukuman mati. tidak sesuai dengan martabat manusia dan semangat injil”. Tetapi apa kata tukang becak? “itu bukan urusan saya – lebih penting urusan perut.” (tempo, 16 Februari 1980) [3]
Peristiwa diatas tadi memiliki unsur stimuli dengan pesan “Hapuskan hukuman mati”. Dari stimuli itu muncullah beragam tanggapan yang berbeda. Inilah yang dimaksud dengan komunikasi intrapersonal.
Komunikasi intrapersonal adalah proses pengelolahan informasi dari menerima informasi, mengolah, menyimpan dan menghasilkan kembali informasi tersebut. Komunikasi intrapersonal meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berfikir.
1.      Sensasi
Berasal dari kata “sense” artinya alat pengindraan yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya.
Benyamin B. Wolman menulis “sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera.[4]
Filusuf John Locke bahwa “there is nothing in the mind expect what was first in the sense”
Perbedaan dalam menjelaskan sensasi, fungsi alat indera dalam menerima informasi dari lingkungan sangat penting. Dengan alat indera manusia akan mengetahui kualitas lingkungannya, dan memperoleh pengetahuan. Sentuhan yang terjadi melalui alat indera adalah stimuli. Contohnya: saat teman anda berbicara “Bagus” namun yang didengar anda Agus
2.      Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.[5] contoh persepsi adalah saat anda dipuji oleh dosen “Anda cerdas sekali” namun yang ditafsirkan oleh otak anda seakan-akan saya mempermainkan anda, inilah yang disebut persepsi.
Faktor lain yang sangat mempengaruhi persepsi yakni perhatian.
·         Perhatian (Attention)
Kenneth E. Andersen, perhatian adalah proses metal ketika stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah.
Faktor eksternal penarik perhatian
ü  gerakan
ü  intensitas stimuli
ü  kebaruan
ü  perulangan
Faktor internal penaruh perhatian
ü  faktor biologis
ü  faktor sosiopsikologis
ü  motif sosiogenis
3.      Memori
Memori adalah sistem yang sangat berstruktur yang menyebabkan seseorang mampu untuk merekam fakta dan menggunakan pengetahuannya untuk mengarahkannya berprilaku. Dalam komunikasi intrapersonal, memori memegang peranan yang sangat penting dalam memperngaruhi persepsi maupun berfikir.
Secara singkat, memori melewati tiga proses : perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan. perekaman (Encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sikrit saraf internal. penyimpanan (storage) proses yang kedua, adalah menentukan berapa lama informasi itu berada bersama kita, dalam bentuk apa, dan di mana.[6] pemanggilan (retrieval) adalah menggunakan informasi yang disimpan untuk dikelola dan disampaikan.
·         jenis-jenis memori
pemanggilan diketahui dengan empat cara :
1)      pengingatan (recall)
proses untuk mengahsilkan kembali fakta dan informasi secara kata demi kata, tanpa petunjuk jelas.
2)      pengenalan (recognition)
susah untuk mengingat kembali fakta, lebih mudah mengenalnya kembali.
3)      belajar lagi (relearning)
mengusai kembali pelajaran termasuk yang telah dipelajari yakni pekerjaan memori.
4)      redintegrasi (redintegration)
menyusun kembali seluruh masa lalu dari satu petunjuk yang kecil.
·         mekanisme memori
dalam mekanisme  memori terdapat tiga teori yakni teori aus, teori  interferensi dan teori pengolahan informasi.
                                                                               I.            teori aus ( Disuse Theory)
menurut teori ini, memori hilang atau memudar karena waktu. seperti otot, memori kita baru kuat bila dilatih terus-menerus. William James juga Benton J. Underwood membuktikan dengan eksperimen bahwa “the more memorizing one does, the poorer one’s ability to memorize” – makin sering mengingat makin jelek kemampuan mengingat[7].
                                                                            II.            teori interferensi (Interference Theory)
B.     Penilaian dan Perubahan Sikap
Manusia adalah makhluk yang suka menilai terhadap apa saja yang dilihat dan didengar. Menurut Muxafer Sherif dalam teori penilaian sosial bahwa bagaimana orang menilai pesan dan bagaimana penilaian yang dibuat tersebut mempengaruhi sistem kepercayaan yang sudah dimiliki sebelumnya.
Individu member penilaian dengan:
1.      Keterlibatan Ego
Keterlibatan ego adalah tingkat penerimaan atau penolakan seseorang terhadap pesan dipengaruhi oleh satu variable penting atau adanya hubungan personal dengan isu bersangkutan. Misalnya pembalakan hutan secara liar menyebabkan tanah longsor. Anda menganggap isu tersebut penting karena keterlibatan Ego anda tinggi. Anda termasuk salah seorang yang tinggal di lingkungan yang pernah terkena longsor dan anda menganggap isu tersebut penting bagi anda. Sebaliknya jika anda tida terlibat dalam musibah tanah longsor maka anda memeliki keterlibatan Ego yang rendah.
2.      Jangkar Sikap
Sherif menyatakan orang menggunakan jangkar sikap sebagai pembanding ketika menerima sejumlah pesan yang berbeda-beda atau bahkan bertentangan. Pandangan Sherif dipengaruhi oleh riset fisik bahwa sejumlah orang diuji kemampuannya dalam menilai suatu hal. Misalnya tiga ember berisi air berbeda, ember pertama berisi air panas, ember kedua berisi air dingin, dan ember ketiga berisi hangat. Ketika tangan kanan anda dicelupkan ke dalam ember pertama, tangan kiri anda  dicelupkan ke ember kedua, maka keduanya akan merasakan panas dan dingin. Setelah 20 detik, kedua tangan dicelupkan bersamaan ke ember ketiga maka anda akan merasakan pengalaman yang membingungkan sehingga menghasilkan suatu peristiwa yang kontras. Tangan kanan anda tetap merasakan panas dan tangan kiri anda tetap merasakan dingin.

3.      Efek Kontras
Dari penelitian Sherif bahwa individu memberikan penilaian untuk menerima atau menolak pesan berdasarkan acuan internal, keterlibatan Ego dan efek kontras. Efek kontras adalah suatu distorsi persepsi yang mengarah terjadinya polarisasi ide. Kontras terjadi jika pesan masuk ke dalam wilayah penolakan. Efek pertentangan terjadi bila individu menilai suatu pesan menjadi lebih jauh atau bertentangan dengan pandangannya sendiri. Teori penilaian sosial menunjukkan kepada kita gagasan mengenai hubungan yang erat antara keterlibatan ego dengan persepsi. Mereka yang memiliki keterlibatan atau komitmen tinggi terhadap suatu isu menunjukkan wilayah penolakan yang lebar. Setiap pesan yang masuk ke dalam wilayah penolakan akan diterima atau dirasakan sebagai memiliki intensitas perbedaan yang tinggi dari yang sebenarnya.
Sikap dapat berubah dengan efek persuasif. Efek persuasif yang dihasilkannya akan bersikap positif namun tidak secara keseluruhan. Menurut Sherif, semakin besar perbedaan maka penerima pesan akan semakin berupaya untuk menyesuaikan sikapnya. Sheriff juga menyatakan ada beberapa kelompok yang bisa diterima, ditolak dan netral. Ada empat hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a.       Pertama, pesan yang berada dalam wilayah penerimaan akan dapat mendorong perubahan sikap.
b.      Kedua, jika Anda menilai suatu argumet atau pesan masuk dalam wilayah penolakan maka perubahan sikap akan berkurang atau bahkan tidak ada.
c.       Ketiga, jika berbagai argument yang Anda terima berasa antara wilayah penerimaan dan wilayah dimana Anda berpandangan netral maka kemungkinan perubahan sikap Anda akan dapat terjadi walaupun berbagai argument itu berbeda dengan argument sendiri.
d.      Keempat, semakin besar keterlibatan ego Anda dalam suatu isu, semakin luas wilayah penolakan, semakin kecil wilayah netral maka akan semakin kecil perubahan sikap. Jadi, perubahan sikap jauh lebih mudah dilakukan terhadap individu yang tidak memiliki keterlibaan ego dalam suatu isu.[8]
Untuk menghasilkan pengaruh persuasif maksimum, individu harus menerima informasi atau pesan yang masuk dalam wilayah penerimaannya. Menurut Sherif, perubakan sikap tidak dapat dilakukan secara serta merta. Jika individu dengan keterlibatan ego tinggi maka wilayah penerimaan sempit sehingga perubahan sikap secara signifikan merupakan kejadian langka. Satu-satunya cara melakukan persuasi terhadap orang-orang seperti ini adalah dengan tindakan persuasi secara bertahap, sedikit demi sedikit namun terus-menerus.
C.     Manusia Sebagai Makhluk Berpikir
Richard Petty dan John Cacioppo mengembangkan Teori ELT (elaboration likelihood theory) bahwa cara orang memperoses suatu informasi di dalam otaknya terdiri atas dua cara. Pertama membawa informasi ke jalur sentral atau jalur pusat (central route), kedua membawa informasi ke jalur peripheral atau jalur pinggiran (peripheral route).
1.      Berpikir Melalui Jalur Sentral
Jalur ini berfungsi untuk melakukan elaborasi terhadap pesan atau informasi yang diterima. Elaborasi adalah seberapa jauh seseorang (mampu) berpikir secara cermat terhadap argumentasi yang relevan terhadap suatu isu dalam komunikasi persuasif. Jalur sentral digunakan untuk mengolah atau memproses informasi yang baru diterimanya secara rasional.
2.      Berpikir Melalui Jalur Periferal
Jalur peripheral dalam otak manusia menawarkan cara mudah untuk menerima atau menolak informasi yang kita terima. Penerima informasi dari jalur ini cenderung mengandalkan beberapa argumentasi yang digunakan untuk membuat keputusan secara cepat. Cialdini mengemukakan ada enam alasan yang digunakan individu untuk berpikir adalah
1)      Konsistensi, kita sering mendengar perkataan, “kita selalu melakukannya dengan cara seperti itu”.
2)      Sosial, pernyatannya seperti, “karena orang lain juga melakukannya”.
3)      Kesukaan, “Saya mengenalnya sebagai orang baik, jadi tidak mungkin dia melakukan hal itu”. Ini karena kita suka terhadap sosoknya maka kita menilai positif.
4)      Kekuasaan, yaitu orang akan mudah membenarkan pandangan orang yang memiliki kekuasaan atas dirinya, misalnya “karena saya berkata begitu”.
5)      Kelangkaan, perasaan takut kehabisan seperti “Ay cepat nanti kita tidak kebagian”.
6)      Tanggapan, yaitu alasan untuk memberikan respon terhadap suatu pernyataan secara cepat.
3.      Motivasi Berpikir
Menurut Petty dan Cacioppo, manusia pada dasarnya berkeinginan untuk memiliki sikap atau pandangan yang benar terhadap semua hal. Otak manusia memiliki semacam jaring besar yang berfungsi sebagai filter atau penyaringan terhadap setiap informasi yang kita terima agar tidak kelebihan beban (overload) informasi.
Motivasi pada dasarnya memiliki tiga faktor yaitu:
1)    Keterlibatan pribadi terhadap suatu topic.
2)    Keberagaman argument.
3)    Kecenderungan pribadi.
4.      Kemampuan Berpikir
Ketika orang sudah termotivasi untuk memikirkan isi pesan maka tidak serta merta ia mampu menelaah dan berpikir secara kritis terhadap isi pesan yang diterimanya. Seseorang tidak akan dapat menggunakan pemikiran kritisnya kecuali ia memiliki pemahaman atau pengetahuan terhadap isu yang terkait. Petty dan Cacioppo menyatakan bahwa motivasi dan kemampuan yang dimiliki seseorang berperan besar dalam meningkatkan kemungkinan suatu pesan atau informasi ditelaah secara cermat di dalam pikirannya.
5.      Kekuatan Argumen
Menurut Petty dan Caioppo kekuatan argument adalah argument yang menghasilkan pemikiran yang menyenangkan ketika didengar dan ditelaah. Telaah dan elaborasi terhadap argument kuat biasanya akan menghasilkan perubahan pandangan pada diri orang bersangkutan.

D.    Proses Berpikir dan Merancang Strategi Pesan
Psikologi komunikasi intrapersonal memberikan perhatian bagaimana komunikator mengelola pesan untuk disampaikan kepada orang lain.
1.      Pengetahuan prosedural
John Green mengembangkan teori procedural (procedural knowledge) bahwa manusia membentuk pesannya dengan menggunakan pengetahuan isi dan pengetahuan procedural. Dalam teori kumpulan tindakan, pengetahuan procedural berada di tengah-tengah atau di pusat.
Anda dapat membayangkan ingatan Anda dipenuhi dengan elemen ingatan yang saling berhubungan. Pengetahuan procedural terdiri atas elemen ingatan yang terhubungan satu sama lainnya, seperti web yang berhubungan dengan Internet. Contohnya, Anda akan tersenyum ketika Anda menyapa seorang rekan dan mengatakan, “Halo, apa kabar?”. Kemudian orang tersebut menyapa balik dan mengatakan , “Baik, apa kabar?” Anda menyimpan peristiwa ini dalam ingatan sebagai seperangkat elemen ingatan yang berhubungan antara situasi menyapa, senyuman, penggunaan kata-kata, dan penerimaan sapaan balasan.
2.      Tujuan Komunikasi
Tujuan komunikasi adalah upaya agar orang lain mematuhi apa yang kita inginkan. Marwell dan Schmitt menggunakan pendekatan teori pertukaran, dimana kepatuan adalah suatu pertukaran dengan sesuatu hal lain yang diberikan oleh pencari kepatuhan, Jika Anda mengerjakan apa yang saya inginkan maka saya memberikan Anda sesuatu imbalannya seperti penghormatan, persetujuan, uang, pembebasan, kewajiban, perasaan yang menyenangkan. Teori sosial ini berdasarkan asumsi bahwa orang bertindak untuk mendapatkan sesuatu dari orang lain sebagai pertukaran. Kesopanan juga merupakan tindakan menyelamatkan muka atau melindungi muka orang lain. Kesopanan merupakan nilai universal secara cultural. Brown dan Levinson juga menyebut face needs atau kebutuhan muka, yaitu ada muka positif (keinginan untuk dihargai, disetujui) dan

E.     Berpikir Rumit dan Sederhana
1.      Konstruk Personal
Teori konstruktivisme dibangun berdasarkan teori konstruk pribadi atau konstruk personal oleh George Kelly bahwa orang memahami pengalamannya dengan cara mengelompokkan berbagai hal atau peristiwa meurut kesamaanya dan membedakan berbagai hal dan peristiwa melalui perbedaannya. Konstruk personal diatur untuk mengidentifikasi suatu objek dan menempatkan objek itu ke dalam suatu kategori. Kategori ini akan berbeda pemahamannya dari anak-anak hingga dewasa terhadap suatu objek atau peristiwa.
2.      Kompleksitas Kognitif
Teori konsturuktivisme mengakui bahwa konstruk personal memiliki latar belakang sosial melalui interaksi dengan orang lain. Teori ini mengakui efek interaksi sosial dan budaya dalam sistem kognitif. Komplektifitas kognitif memiliki peran penting dalam komunikasi. Orang tidak akan memiliki komplektifitas kognitif yang sama pada setiap topik.
3.      Komunikasi Canggih
Komunikasi ini terbagi dua yaitu pesan terpusat pada diri dan  pesan banyak tujuan. Pesan terpusat pada diri dimana pembicara mampu mengantisipasi bagaimana berbagai individu memberikan tanggapan terhadap suatu pesan dan mampu melakukan penyesuaian terhadap cara ia berkomunikasi. Pesan banyak tujuan adalah upaya pembicara atau penulis untuk melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap lawan bicara tetapi juga adanya sejumlah tujuan yang ingin dicapai pada saat bersamaan.
4.      Merancang Pesan
Ada tiga cara mendesain pesan, yaitu:
1)      Logika Ekspresif (expressive design logic), adalah orang-orang yang memiliki pandangan bahwa bahasa adalah medium untuk menyatakan pikiran dan perasaan. Tujuannya adalah keterbukaan dan kejujuran.
2)      Logika Konvensional (convensional design logic) adalah suatu permainan yang dilakukan dengan bekerja sama. Komunikasi memandang kepatuhan, batasan-batasan, cara menyampaikan pujian, permintaan maaf dan ucapan.
3)      Logika Retorik (rhetorical design logic) adalah proses pembentukan dan negoisasi situasi sosial dan diri sosial.
F.      Rencana Tindakan dan Logika Pesan
Charles Berger adalah pencetus theory of planning atau teori rencana sebagai salah satu teori yang cukup dikenal dalam psikologi komunikasi. Teori rencana menjelaskan proses yang dilalui seseorang dalam merencanakan perilaku komunikasi mereka.[9] Rencana adalah gambaran mental dari sejumlah langkah yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan.
a)      Merencanakan tindakan
Proses perencanaan dengan metatujuan berfungsi memandu berbagai rencana yang kita buat. Memori kerja adalah tempat anda dapat menggunakan bagian dari rencana lama pengetahuan dan pemikiran kreatif agar menghasilkan suatu cara untuk mengatasi masalah. Teori rencana mengatakan bahwa semakin banyak pengetahuan yang anda miliki, maka akan semakin kompleks rencana yang akan dibuat.
b)      Logika pesan
O’Keefe mengemukakan tiga logika dalam merancang kesan dimulai darin yang paling tidak terpusat pada orang hingga yang sangat terpusat sebagai berikut:
·         Logika ekspresif
·         Logika konvensional
·         Logika retorika
c)      Interpretasi pesan
Charles Osgood ahli psikologi sosial, berhasil membangun teori-teori mengenai arti atau makna yang paling berpengatrunh. Teori yang dikemukakan menjelaskan bagaimana makna dipelajari hubungan antar makna dengan pikiran dan tindakan. Osgood pertama mengemukakan teori pembelajaran learning theory. Teori ini berasumsi bahwa individu memberikan respon terhadsap rangsangan yang berasal dari lingkungannya.
Makna bersifat internal dan unik berdasarkan pada pengalaman seseorang dengan lingkungan alamnya disebut konotatif.


Bab III. Kesimpulan
1.      Komunikasi intrapersonal bertujuan bagaimana orang menerima, menyimpan, mengolah informasi dan menghasilkannya kembali. Hal ini melalui tahap sensasi, persepsi, memori dan berpikir.
2.      Manusia adalah makhluk yang suka menilai terhadap apa saja yang dilihat dan didengar.
3.      Cara orang memperoses suatu informasi di dalam otaknya terdiri atas dua cara. Pertama membawa informasi ke jalur sentral atau jalur pusat (central route), kedua membawa informasi ke jalur peripheral atau jalur pinggiran (peripheral route).
4.      Psikologi komunikasi intrapersonal memberikan perhatian bagaimana komunikator mengelola pesan untuk disampaikan kepada orang lain.
5.      Tujuan komunikasi adalah upaya agar orang lain mematuhi apa yang kita inginkan.
6.      Psikologi komunikasi dalam teori rencana menjelaskan proses yang dilalui seseorang dalam merencanakan perilaku komunikasi mereka.



[1] Rulli Nasrullah. 2012. Komunikasi Antarbudaya Di Era Budaya Siber.Jakarta: Kencana.h:9
[2] Drs. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc. Psikologi Komunikasi. Cetakan Keduapuluhtiga. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2005. H:49.
[3] Rakhmat, J. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
[4] ibid hal. 49
[5] ibid hal. 51
[6] ibid hal. 63
[7] ibid hal. 65
[8] Morrisan,MA. 2010. Psikologi Komunikasi.Bogor: Ghalia Indonesia. h:21-26.
[9] Morrisan,MA. 2010. Psikologi Komunikasi.Bogor: Ghalia Indonesia. h:73